Posted in Blog

Terkadang Masih Sulit Dipercaya

Entah kenapa, rasa-rasanya seumur hidup baru kali ini sesakit hati dan sekecewa ini sama seseorang. Setiap pagi menyemangati diri sendiri “yuk bisa yuk seperti biasa lagi, happy-happy lagi tanpa beban”, tapi setiap kali ketemu orang tersebut, semua mood itu hilang. Sedangkan dia, seolah dengan bangganya bersenda tawa. Gak ada sedikitpun nunjukin rasa gak enak, rasa bersalah, apalagi rasa malu. Sepertinya sedikitpun gak pernah ngebayangin kalau dia ada di posisi saya.

Sampai saat ini masih gak habis pikir, dia yang saya curhati, tau harapan saya, dan setiap hari ketemu, begitu mudahnya mengkhianati kepercayaan tersebut. Dengan dalih alasan, “saya pikir dia udah move on”. Tanpa pernah menanyakan sekalipun bagaimana perasaan saya. Dia, mereka, menunjukkan betapa gak berartinya keberadaan saya.

Tapi pada akhirnya, memang yang salah itu ya saya. Terlalu berharap pada seseorang yang udah jelas gak pernah peduli sedikitpun. Yang udah gak ngebutuhin saya lagi ketika sudah kenal yang baru.

Terlalu percaya pada orang yang saya pikir teman. Teman yang terlihat simpati saat saya curhati. Teman yang ngasih pernyataan kalau sudah gak mungkin buat saya lanjut. Dan satu-satunya teman yang paling niat nyariin saya seseorang buat taaruf. Tapi ternyata dibalik pernyataan dan penawaran tersebut ada agenda tersembunyi.

Yang saya sesali kenapa sampai segitunya harus main belakang? Kenapa gak diomongin dari awal sebelum kejadian? Saya pasti menghargai kalau dia berterus terang sedari awal sebelum kejadian. Dan dia baru mau ngajak ngobrol setelah dia sadar kalau saya udah tau setelah kejadian. Bahasanya pun ingin ngasih klarifikasi, bukan pemohonan maaf. Karena dari sikapnua sehari-hari pun emang sangat nunjukkin, rasa sakit hati yang saya rasain bukan karena dia. Yah, saya paham dan sangat ngerti sih, emang bukan dia yang gerasain sakit hatinya. Tapi, saya yakin kalau dia di posisi saya dia bakal ngerasai sakit hati yang saya rasain.

Emang ga habis pikir, bagi orang lain bisa begitu mudahnya mengambil keputusan tanpa memikirkan dampaknya bagi sekitar. Berkali-kali saya ngebayangin kalau saya ada di posisi dia, saya pasti ngomongin terlebih dulu sebelum kejadian. Karena sebelumnya saya pernah ada di posisi dia, dan saya lebih memilih untuk diobrolin secara terbuka pada teman yang bersangkutan. Dan kita masih bisa saling menghargai sampe sekarang. Berkali-kali saya ngebayangin kalau jadi dia, saya pasti merasa malu dengan suasana saat ini, ngga enak hati sama orang yang secara sadar atau pun nggak udah saya khianati.

Pada akhirnya, saya cuma bisa berterima kasih kepada mereka. Terima kasih telah menunjukkan betapa gak berartinya keberadaan saya bagi seseorang atau bahkan bagi sekitar. Betapa kepercayaan bisa dirusak dengan begitu mudahnya. Arti pertemanan hanyalah sebuah kata-kata kosong tanpa makna. Terima kasih, semoga mereka gak pernah mengalami hal yang saya alami.

Saya gak membenci mereka. Saya hanya menjauhi mereka yang tidak menghargai. Bagi saya ketika mereka memutuskan, padahal banyak kesempatan untuk membicarakannya terlebih dahulu. Bagi saya saat itu juga mereka memang gak pernah menganggap keberadaan saya.

Author:

Saya adalah seorang Introvert yang sedang menyukai Digital Marketing dan ingin belajar untuk bisa memahaminya. Pecinta travelling yang sedang terjebak pada rutinitas kehidupan sehari-hari. Seorang penyayang yang sedang libur memberikan perhatian pada setiap orang. Dan seorang observer yang lebih banyak berbincang di dalam kepalanya. Saya bukan penulis yang ahli, hanya mencoba menuangkan setiap pikiran, perasaan, dan keiatan sehari-hari ke dalam bentuk tulisan di blog ini, siapa tau bisa memunculkan ide baru. achmadtaufik8707@gmail.com

Leave a comment