Posted in Blog

Pintu Itu Kembali Tertutup

Dan pintu itu kembali tertutup rapat, setelah saya coba buka walau hanya sesaat. Entah sampai kapan, mungkin gak akan pernah terbuka kembali, Wallahu a’lam bish-shawab.

Sering ku merasa iri pada mereka yang dengan mudahnya berpindah hati. Gagal dengan si A, langsung lanjut ngedeketin si B. Putus dengan si A, langsung udah pacaran lagi dengan si B. Cerai dengan si A langsung terdengar kabar udah mau nikah lagi. Koq bisa ya mereka dengan semudah itu berganti hati? Apa janji-janji manis mereka yang di awal itu hanya omong kosong semata?

Sering pengen bisa seperti mereka, dengan mudahnya berpindah hati. Tanpa beban, dengan cepatnya move on. Sering gak habis pikir, koq bisa ya mereka seperti itu? Apa saya yang emang ga waras? Gak normal? Gak gampang buat saya buat jatuh hati sama seseorang.

Betapa beruntungnya mereka yang bisa mendapatkan seseorang yang mereka cinta tanpa banyak mengeluarkan effort. Sedangkan saya, sepertinya setiap effort yang saya berikan hanya dipandang sebelah mata. Atau bahkan ga pernah dipandang sama sekali.

Pernah saya mengejar seseorang sampai bertahun-tahun. Dia bilang punya rasa yang sama, tapi nyatanya memilih yang lain. Saya coba datang lagi ketika denger dia udah sendiri lagi. Dengan harapan, dia luluh bahwa setelah dia kecewain saya tetep berharap sama dia, tapi nyatanya dia Kembali memilih yang lain dengan mudahnya. Dan kejadian ini berulang berkali-kali. Saya yang berulang-ulang mengejarnya, dan dia yang Kembali menerima yang lain dengan mudahnya. Sampai akhirnya saya sadar betapa menyedihkannya yang udah saya lakuin selama ini.

Pernah juga berhubungan dengan mereka yang menyukai saya, dengan serius saya terima mereka dengan pikiran, mungkin jalan saya di sini, bukan dengan orang yang benar-benar saya suka. Tapi ujung-ujungnya hanyalah kekecewaan yang didapat. Yang satu terlalu posessif, melarang ini itu sedangkan saya ga pernah melarang dia yang aneh-aneh. Yang kedua, selingkuh kembali ke mantannya, tapi nahan-nahan saya yang ingin pergi. Yang terakhir menghilang entah kemana gak ada kabar ketika dia pindah kota, terkahir dpt kabar dia udah nikah dengan tambatan hatinya. Jadi kalau cewe selalu bilang, semua cowo itu sama, dengan bangganya saya pun bisa bilang cewek juga sama aja…

Sejak saat itu saya sangat berhati-hati buat ngedeketin. Gak mau kalau sampai mengejar orang yang salah lagi. Sampai akhirnya saya ketemu dia, dan saya coba untuk memberanikan diri membuka Kembali pintu itu. Tapi ternyata, itu kesealahan terbesar lainnya bagi saya. Dia lebih memilih teman yang pernah saya curhati, yang saya yakin dia pun tau akan hal itu. Dan entah kenapa kali ini terasa berat banget? Kenapa rasanya sampe segininya? Apa perasaan dikhianati temen yg kita percaya yang emang udah bikin saya teramat kecewa?

Maaf pada akhirnya emang saya yang salah. Seharusnya saya lebih sadar diri Ketika menerima pesannya untuk tidak terlalu terlihat agresif mendekat. Dia bilang tidak ingin diolok-olok “cie” oleh orang-orang disekitarnya. Tapi kini dengan bangganya dia memamerkan kemesraan tanpa peduli dengan olokan “cie” yang pernah dia sebut-sebut. Mungkin saya terlalu memalukan baginya.

Seharusnya saya lebih sadar diri ketika dia gak pernah ngechat kalau saya ga ngechat duluan. Mungkin sebenernya selama ini dia merasa terganggu dengan chat-chat saya. Seharusnya saya lebih sadar diri Ketika dia mulai mengenal temen2 yang baru dan udah ga ngebutuhin saya lagi. Mungkin selama ini dia terpaksa menerima bantuan saya karena ga ada lagi yang bisa dia andalkan. Tapi setelah kenal teman-teman baru, dia akhirnya bisa terbebas dari saya.

Dulu mungkin iya, saya akan menanyakan kenapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Tapi kini, saya udah bener-bener lelah, bahkan untuk sekedar menanyakan penjelasan mereka. Karena pada dasarnya, kalau mereka peduli pasti mikir beribu kali. Kalau mereka menganggap kehadiran saya, pasti membicarakan dulu sebelum kejadian. Pada kenyataannya, gak ada satupun yang peduli. Rasa percaya diri pun udah semakin merendah menjadi rasa sadar diri. Sadar diri kalau saya memang bukan siapa-siapa buat mereka. Saya hanyalah sepah, dibuang bagaikan sampah setelah tak bermanfaat bagi mereka

Harapan saya hanyalah satu agar semua rasa yang ada saat ini bisa hilang tanpa jejak. Saya udah ga peduli lagi dengan apa yang udah terjadi saat ini. Saya udah ga peduli apa kata orang dengan sikap saya sekarang. Saya hanya bisa serahkan yang terbaik kepada Allah SWT. Dan semoga dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang dia idam-idamkan selama ini bersama orang yang telah dia pilih tanpa ragu.

Author:

Saya adalah seorang Introvert yang sedang menyukai Digital Marketing dan ingin belajar untuk bisa memahaminya. Pecinta travelling yang sedang terjebak pada rutinitas kehidupan sehari-hari. Seorang penyayang yang sedang libur memberikan perhatian pada setiap orang. Dan seorang observer yang lebih banyak berbincang di dalam kepalanya. Saya bukan penulis yang ahli, hanya mencoba menuangkan setiap pikiran, perasaan, dan keiatan sehari-hari ke dalam bentuk tulisan di blog ini, siapa tau bisa memunculkan ide baru. achmadtaufik8707@gmail.com

Leave a comment